Jumat, 15 April 2016

4 JENIS KEBUTUHAN: TERSIER, SEKUNDER, PRIMER DAN…


Ilmu ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan atau keinginan mereka yang tidak terbatas  dengan memaksimalkan kemampuan mereka yang terbatas dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dengan cara yang diridhai oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang tujuan akhirnya adalah untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
 
Dengan kemampuannya yang terbatas mustahil bagi manusia untuk memenuhi semua kebutuhan dang keinginannya yang tidak terbatas. Oleh sebab itu manusia harus membuat pilihan pada saat akan memenuhi kebutuhan atau keinginannya agarmemperoleh nilai kepuasan yang maksimal dengan kemampuan yang dimiliki.

Agar hal itu dapat tercapai seseorang harus terlebih dahulu mengetahui apa yang dia butuhkan dan apa yang benar-benar dia butuhkan. Mereka harus mengetahui kebutuhan mana yang harus didahulukan pemenuhannya dan mana yang bisa ditunda.
Dari segi prioritasnya kebutuhan dibagi ke dalam tiga golongan yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier.
1.      Kebutuhan Primer
Kebutuhan ini posisinya berada dipuncak kerena kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus terlebih dahulu dipenuhi ketimbang kebutuhan lainnya. Yang termasuk kebutuhan primer adalah pakaian, makanan, tempat tinggal. pendidikan, tempat ibadah, dsb.
2.      Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan primer terpenuhi. Yang termasuk kebutuhan sekunder diantaranya televise, radio, kendaraan, dsb.
3.      Kebutuhan Tersier
Kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi. Kebutuhan primer pada umumnya bertujuan untuk menunjukkan status sosial seseorang. Yang tergolong kebutuhan tersier diantaranya perhiasan, kapal pesiar, baju mewah, game, hiburan, dll.

Apabila digambarkan dengan grafik penggolongan kebutuhan yang dijelaskan diatas akan Nampak seperti ini.
Urutannya tidak boleh diacak karena akan menyebabkan kehidupan seseorang menjadi tidak normal atau bahkan kekacauan. Hal ini sebenarnya adalah hal yang sangat mendasar. Namun pada kenyataannya disekeliling kita ada saja orang atau sekelompok orang (atau bahkan diri kita sendiri) yang seperti tidak memahami perihal penggolongan kebutuhan ini. Mereka mengacak-acak susunan tersebut.

Contohnya, saya pernah melihat ada seorang gadis muda, cantik luar biasa sedang mengendara mobil pribadinya. Ketika dia keluar dari mobilnya dia hanya mengenakan kaos lengan pendek yang menampakkan lekuk tubuhnya, dipadu padankan dengan hotpants sehingga memamerkan pahanya.
Gadis ini mendahulukan membeli mobil yang tergolong kebutuhan tersier ketimbang membeli pakaian yang menutup aurat yang tergolong kebutuhan primer.

Kasus lain, seorang pelajar atau mahasiswa yang bermain game dari pagi hingga larut malam atau bahkan sampai menginap di warnet. Padahal hari itu dia seharusnya sekolah atau kuliah. Hal ini berlangsung bukan hanya sehari-dua hari melainkan sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Pelajar atau mahasiswa ini lebih memprioritaskan bermain game yang tergolong kebutuhan tersier daripada menuntut ilmu disekolah/kampus yang tergolong kebutuhan primer.

Kasus lainnya yang pernah saya lihat dengan mata kepala saya sendiri adalah seorang pengemis yang lebih pempergunakan uang hasil mengemisnya untuk membeli rokok ketimbang membeli makanan.
Kesalahan ini bukan hanya dilakukan oleh masyarakat biasa. para pejabat Negara pun juga melakukannya. Pernah ada suatu wacana untuk membangun gedung DPR baru yang akan memakan biaya beratus-ratus juta (tentunya memakai uang rakyat) sedangkan masih banyak masyarakat dinegeri ini yang masih kelaparan.
Dan masih banyak lagi kasus-kasus lainnya yang sering kita jumpai dilingkungan kita atau bahkan kita sendiri yang melakukannya.

PERLU DIINGAT! Bahwa sesungguhnya masih ada kebutuhan lain yang posisinya berada diatas kebutuhan primer yaitu kebutuhan kita akan Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Tuhan yang menghidupkan dan mematikan. Tuhan Yang maha pemberi rizki.
Walaupun ada suatu masa dalam hidup kita dimana kita mengalami kesulitan yang teramat berat. Suatu masa dalam hidup kita dimana tak mampu memenuhi kebutuhan tersier, sekunder bahkan primer sekalipun. Selama kebutuhan kita akan Allah Subhaanahu wa Ta'aala terpenuhi maka yakinlah bahwa hidup kita akan baik-baik saja. Karena sesungguhnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuannya.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...”(Q.S. Al-Baqarah 286).

Coba kita bandingkan antara dua jenis orang berikut:
Awalnya kedua orang tersebut memiliki hidup yang nyaman, hartanya mencukupi untuk memenuhi kemutuhannya baik primer, sekunder bahkan tersier. Yang menjadi pembeda antara keduanya adalah orang pertama terpenuhi kebutuhannya akan Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Kebutuhannya akan Allah Subhaanahu wa Ta'aala terpenuhi dengan berbagai ibadahnya baik yang wajib maupun yang sunnah, sedangkan orang kedua tidak.

Suatu saat keduanya mengalami ujian yang sama beratnya. Hartanya yang selama ini menemani habis sehingga tak mampu memenuhi berbagai kebutuhannya (primer, sekunder dan tersier). Bagaimana kedua jenis orang ini merespon kesulitan yang dihadapinya?

Orang Pertama, karena kebutuhannya akan Allah Subhaanahu wa Ta'aala terpenuhi maka dia merespon dengan bersabar, karena dia yakin bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan membebani hambanya melebihi batas kemampuannya. Dan ia berdoa dengan lanjutan dari surat Al-Baqarah ayat 286.

“...Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

Dan diapun tetap survive menjalani hidupnya meskipun berat dengan cara yang diridhoi oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

Bagaimana dengan jenis orang kedua?
Begitu hartanya habis, ada yang stress, sedih berlebihan, ada yang gila, memarahi semua orang bahkan menyalahi Tuhan, dan mereka yang tidak kuat akhirnya memilih mengakhiri hidupnya. Ada juga mereka yang tergolong orang jenis kedua ini yang berusaha survive namun dengan cara-cara yang tidak diridhoi Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Mulai dari meminjam uang dengan praktik riba, menjual diri, mencuri, merampok dan sebagainya. Menghalalkan segala cara dengan dalih “kalau nggak begini, ya nggak hidup”. 
 
Semoga dengan mempelajari penggolongan kebutuhan ini menjadikan kita bijak dalam menggunakan sumber daya yang kita miliki untuk memenuhi kebutuhan kita serta menjadikan kebutuhan kita akan Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadi kebutuhan yang paling utama diatas kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar