Ilmu ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan atau keinginan mereka yang tidak terbatas dengan memaksimalkan kemampuan mereka yang terbatas dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dengan cara yang diridhai oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang tujuan akhirnya adalah untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Dengan
kemampuannya yang terbatas mustahil bagi manusia untuk memenuhi semua kebutuhan
dang keinginannya yang tidak terbatas. Oleh sebab itu manusia harus membuat
pilihan pada saat akan memenuhi kebutuhan atau keinginannya agarmemperoleh
nilai kepuasan yang maksimal dengan kemampuan yang dimiliki.
Agar hal itu
dapat tercapai seseorang harus terlebih dahulu mengetahui apa yang dia butuhkan
dan apa yang benar-benar dia butuhkan. Mereka harus mengetahui kebutuhan mana
yang harus didahulukan pemenuhannya dan mana yang bisa ditunda.
Dari segi
prioritasnya kebutuhan dibagi ke dalam tiga golongan yaitu kebutuhan primer,
sekunder dan tersier.
1.
Kebutuhan Primer
Kebutuhan
ini posisinya berada dipuncak kerena kebutuhan primer adalah kebutuhan yang
harus terlebih dahulu dipenuhi ketimbang kebutuhan lainnya. Yang termasuk
kebutuhan primer adalah pakaian, makanan, tempat tinggal. pendidikan, tempat
ibadah, dsb.
2.
Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan
yang dipenuhi setelah kebutuhan primer terpenuhi. Yang termasuk kebutuhan
sekunder diantaranya televise, radio, kendaraan, dsb.
3.
Kebutuhan Tersier
Kebutuhan
yang dipenuhi setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi. Kebutuhan primer
pada umumnya bertujuan untuk menunjukkan status sosial seseorang. Yang
tergolong kebutuhan tersier diantaranya perhiasan, kapal pesiar, baju mewah, game,
hiburan, dll.
Apabila
digambarkan dengan grafik penggolongan kebutuhan yang dijelaskan diatas akan
Nampak seperti ini.
Urutannya
tidak boleh diacak karena akan menyebabkan kehidupan seseorang menjadi tidak
normal atau bahkan kekacauan. Hal ini sebenarnya adalah hal yang sangat
mendasar. Namun pada kenyataannya disekeliling kita ada saja orang atau
sekelompok orang (atau bahkan diri kita sendiri) yang seperti tidak memahami
perihal penggolongan kebutuhan ini. Mereka mengacak-acak susunan tersebut.
Contohnya,
saya pernah melihat ada seorang gadis muda, cantik luar biasa sedang mengendara
mobil pribadinya. Ketika dia keluar dari mobilnya dia hanya mengenakan kaos
lengan pendek yang menampakkan lekuk tubuhnya, dipadu padankan dengan hotpants sehingga memamerkan pahanya.
Gadis ini
mendahulukan membeli mobil yang tergolong kebutuhan tersier ketimbang membeli
pakaian yang menutup aurat yang tergolong kebutuhan primer.
Kasus lain,
seorang pelajar atau mahasiswa yang bermain game dari pagi hingga larut malam
atau bahkan sampai menginap di warnet. Padahal hari itu dia seharusnya sekolah
atau kuliah. Hal ini berlangsung bukan hanya sehari-dua hari melainkan sampai
berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Pelajar atau mahasiswa ini lebih
memprioritaskan bermain game yang tergolong kebutuhan tersier daripada menuntut
ilmu disekolah/kampus yang tergolong kebutuhan primer.
Kasus lainnya
yang pernah saya lihat dengan mata kepala saya sendiri adalah seorang pengemis
yang lebih pempergunakan uang hasil mengemisnya untuk membeli rokok ketimbang
membeli makanan.
Kesalahan ini
bukan hanya dilakukan oleh masyarakat biasa. para pejabat Negara pun juga
melakukannya. Pernah ada suatu wacana untuk membangun gedung DPR baru yang akan
memakan biaya beratus-ratus juta (tentunya memakai uang rakyat) sedangkan masih
banyak masyarakat dinegeri ini yang masih kelaparan.
Dan masih
banyak lagi kasus-kasus lainnya yang sering kita jumpai dilingkungan kita atau
bahkan kita sendiri yang melakukannya.
PERLU
DIINGAT! Bahwa sesungguhnya masih ada kebutuhan lain yang posisinya berada
diatas kebutuhan primer yaitu kebutuhan kita akan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Tuhan yang menghidupkan dan mematikan. Tuhan Yang maha pemberi rizki.
Walaupun ada
suatu masa dalam hidup kita dimana kita mengalami kesulitan yang teramat berat.
Suatu masa dalam hidup kita dimana tak mampu memenuhi kebutuhan tersier,
sekunder bahkan primer sekalipun. Selama kebutuhan kita akan Allah Subhaanahu wa Ta'aala
terpenuhi maka yakinlah bahwa hidup kita akan baik-baik saja. Karena
sesungguhnya Allah
Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan menguji hambanya melebihi
batas kemampuannya.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...”(Q.S.
Al-Baqarah 286).
Coba kita
bandingkan antara dua jenis orang berikut:
Awalnya kedua
orang tersebut memiliki hidup yang nyaman, hartanya mencukupi untuk memenuhi
kemutuhannya baik primer, sekunder bahkan tersier. Yang menjadi pembeda antara
keduanya adalah orang pertama terpenuhi kebutuhannya akan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Kebutuhannya akan Allah Subhaanahu
wa Ta'aala terpenuhi dengan berbagai ibadahnya baik yang wajib
maupun yang sunnah, sedangkan orang kedua tidak.
Suatu saat
keduanya mengalami ujian yang sama beratnya. Hartanya yang selama ini menemani
habis sehingga tak mampu memenuhi berbagai kebutuhannya (primer, sekunder dan
tersier). Bagaimana kedua jenis orang ini merespon kesulitan yang dihadapinya?
Orang
Pertama, karena kebutuhannya akan Allah Subhaanahu wa Ta'aala terpenuhi
maka dia merespon dengan bersabar, karena dia yakin bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala
tidak akan membebani hambanya melebihi batas kemampuannya. Dan ia berdoa dengan
lanjutan dari surat Al-Baqarah ayat 286.
“...Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami
jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan
kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang
yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang
tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah
kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.
Dan diapun
tetap survive menjalani hidupnya
meskipun berat dengan cara yang diridhoi oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Bagaimana
dengan jenis orang kedua?
Begitu
hartanya habis, ada yang stress, sedih berlebihan, ada yang gila, memarahi semua
orang bahkan menyalahi Tuhan, dan mereka yang tidak kuat akhirnya memilih
mengakhiri hidupnya. Ada juga mereka yang tergolong orang jenis kedua ini yang
berusaha survive namun dengan
cara-cara yang tidak diridhoi Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Mulai dari
meminjam uang dengan praktik riba, menjual diri, mencuri, merampok dan
sebagainya. Menghalalkan segala cara dengan dalih “kalau nggak begini, ya nggak hidup”.
Semoga dengan
mempelajari penggolongan kebutuhan ini menjadikan kita bijak dalam menggunakan
sumber daya yang kita miliki untuk memenuhi kebutuhan kita serta menjadikan
kebutuhan kita akan Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadi kebutuhan yang paling utama
diatas kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar